Kata dasar atau kata asal adalah kata yang tidak dapat disingkat atau tidak diketahui ciri tertentu yang menunjukkan asalnya, seperti misalnya kata 'celana'. Pada umumnya kata asal atau kata dasar dalam bahasa Sunda terdiri dari dua suku kata. Walaupun juga ada kata asal yang hanya terdiri dari satu suku, seperti:
▪ da 'karena',
▪ rék 'akan',
▪ di 'di',
▪ jeung 'dan'
▪ ka 'ke'
▪ geus 'sudah'
▪ sok ,'sering'.
Sementara, kata turunan ialah kata-kata yang masih dapat disingkat, dan dapat diketahui ciri-cirinya bahwa kata tersebut mempunyai asal. Misalnya, dicalanaan 'dipakaikan celana' masih dapat dikembalikan kepada asal kata yaitu calana. Ciri yang terdapat pada kata itu melekatnya di- pada awal dan -an pada akhirnya dari kata turunan disebut rarangken atau 'imbuhan'.
Jika imbuhan yang melekat pada kata turunan dilepaskan, yang tertinggal ialah asal kecap 'asal kata'. Asal kata dapat juga diibaratkan pokok, sedangkan kata turunan sebagai anak cucunya, karena dari sebuah asal kata dapat dihasilkan banyak sekali kecap rundayan 'kata turunan'.
Kata inum 'minum', misalnya, dapat menghasilkan kata turunan nginum 'minum', diinum 'diminum', kainum 'terminum', nginuman 'meminumi', nginumkeun 'meminumkan', inuman 'minuman', diinuman 'diminumi', diinumkeun 'diminumkan', ngarinuman 'meminumi (beramai-ramai)', dan masih banyak lagi.
Dalam bahasa Sunda terdapat tiga macam imbuhan, yaitu:
1. Awalan: n-, ny-, m-, ng-, pa-, pi-, pang-, sa-, si-, ti-, ting-, di-, ka-, mang-, ba-, nyang-, pada, para, silih-, barang-, pri-, per, dan pra-
2. sisipan: -ar-,-al-, -um-, dan -in-
3. Akhiran: -an, -on, -kon, -na, dan -ing
Semua imbuhan harus dirangkaikan dengan asal katanya, kecuali awalan pada dan para. Awalan n-, ny-, m-, dan ng- disebut nasal/sengau, yang perwujudannya sebagai berikut:
(a) asal kata yang berawal dengan vokal memperoleh ng-, misalnya:
▪ ala 'ambil' → ngala 'mengambil'
▪ éntép 'beres, rapi' → ngéntép 'beres, rapi'
▪ itung 'hitung' → ngitung 'menghitung',
▪ olo 'bujuk' → ngolo 'membujuk',
▪ useup 'kail' → nguseup 'mengail',
▪ endog 'telur' → ngendog 'bertelur'
▪ eunteung 'cermin' → ngeunteung 'becermin'.
(b) asal kata yang berawal dengan k-, k- itu luluh menjadi ng-.
(c) asal kata yang berawal dengan t-, t- itu luluh menjadi n-
(d) asal kata yang berawal dengan c- dan s-, c- dan s- luluh men jadi ny-.
(e) asal kata yang berawal dengan p-, p- luluh menjadi m-.
(f) asal kata yang berawal dengan h-, g-, r-, d-, /-, y-, w-, dan h-, memperoleh ga-.
Keterangan:
1) Asal kata yang berawal dengan g-, i-, dan b-, dapat berubah atau memperoleh nga-, misalnya:
▪ gégél 'gigit' → ngégél, ngagégél 'menggigit'
▪ jait 'angkat jemuran' → nyait, ngajait 'mengangkat'
▪ jampé 'jampi' → ngajampé 'menjampi',
▪ jejek 'injak' → nyejek/ngajejek 'menginjak',
▪ beuleum 'bakar' →meuleum 'membakar',
▪ béré 'beri' → méré 'memberi',
▪ bilang 'hitung' → milang 'menghitung'
▪ bawa 'bawa' → mawa 'membawa'
▪ beulah 'belah' → membelah' membelah',
▪ baledog 'lempar' →maledog 'melempar',
▪ bungkus 'bungkus' →mungkus 'membungkus',
▪ bikeun 'berikan' → mikeun 'memberikan',
▪ bulen "bungkus dengan kuat' → mulen 'membungkus dengan kuat'
▪ baca 'baca' → maca 'membaca',
▪ boro 'buru' → moro 'berburu',
▪ beuli 'beli' → meuli 'membeli',
▪ buruhan 'upah' → muruhan 'memberi upah'.
2) wétan 'timur' → ngétan 'menuju ke timur'.
3) pénta 'pinta' → ménta atau ngénta 'meminta'.
4) neuleu sering → deuleu 'melihat', karena sama-sania dental.
5) sesuai dengan kaidah di atas, batan 'daripada' sering menjadi manan.
6) kata-kata iang 'pergi' → miang, ilu 'ikut' → milu, angkat 'pergi' → mangkat, dan unggah 'naik' → munggah, kata turunan itu bukan berasal dari sengau, melainkan dari sisipan -um-
7) asal kata bersuku satu memperoleh swarabakti misalnya kata bor 'bor' → ngabor → 'ngebor 'mengebor'.
Banyak sekali kata turunan yang memperoleh lebih dari satu imbuhan, baik awalan, akhiran, dan bahkan ada juga sisipan. Misalnya:
▪ méréan 'memberi (peluang)', diberean 'diberi'
▪ silialungkeun 'saling lemparkan',
▪ pangmawakeun 'menolongbawakan'
▪ pakumpulan 'perkumpulan'
▪ satarabasna 'terus-terang'
▪ tingkolébat 'berkelebatan'
▪ tingcalengir 'menyeringai (ramai-ramai)'
▪ tingsoloyong 'bergerak di atas air (perahu)'
▪ patingburinyay 'berkilatan'
▪ nyanghunjarkeun 'menyelonjorkan'
▪ pada nyarekelan '(ramai-ramai, bersama-sama) memegangi'
-----
* Sumber: Tata Bahasa Sunda, D.K. Ardiwinata
------
Kumpulan artikel Belajar Bahasa Sunda lainnya LIHAT DI SINI
----------
Baca info wisatajabar.com lainnya di GOOGLE NEWS