Menjelang penghujung tahun 2016, ragam perkembangan wisata menghiasi perjalanan sepanjang tahun tersebut. Tim wisatajabar.com pun menyuguhkan catatan seputar dunia wisata Jawa Barat sepanjang 2016. Catatan ini berdasarkan kunjungan dan pengamatan ke tempat-tempat; masuk dari para pembaca situs melalui e-mail maupun kontak via WhatsApp; monitoring tren tempat wisata dan kuliner dalam artikel-artikel dan berita wisata; juga masukan dari berbagai pihak seputar wisata di Jawa Barat.
Namun apa yang kami sajikan hanya sebagian pandangan kami terhadap tempat-tempat wisata. Hal ini dikarenakan masih banyak tempat-tempat wisata yang belum kami ulas, karena keterbatasan akses, informasi, dan hal lainnya. Akan tetapi setidaknya catatan ini bisa menjadi gambaran akan kondisi dan situasi perkembangan wisata di Jawa Barat.
Berikut ini beberapa catatan seputar perkembangan wisata di Jawa Barat.
Tren media sosial
Tak dapat dipungkiri, kehadiran media sosial seperti instagram, twitter, ataupun facebook turut menjadi penyumbang terbesar dalam promosi tempat-tempat wisata, terutama objek wisata baru. Tren swafoto (selfie) di objek wisata dan mengunggahnya ke media sosial yang kebanyakan dilakukan kaum muda, memberi andil dalam promosi tempat wisata.
Saat suatu tempat wisata terangkat di media sosial, tak jarang memancing pengguna media sosial lain penasaran untuk menyambangi tempat tersebut. Ini bisa terlihat pada tempat-tempat wisata yang ngetren di Bandung, misalnya Rumah Hobbit Farmhouse di Lembang, Glamping Lakeside Situ Patenggang, atau The Lodge Maribaya. Bukan hanya di Bandung, tren ini pun terjadi di daerah lain, seperti bukit Argapura (terasering Panyaweuyan) di Majalengka, Curug Dengdeng di Cikatomas Tasikmalaya, air mancur Purwakarta, atau wisata Situ Biru Hariang Cilembang Sumedang, dan lainnya.
Peran pemerintah daerah dalam memoles potensi wisata daerah
Nama Wali Kota Bandung Ridwan Kamil, Bupati Karawang Dedi Mulyadi, dan Wali Kota Bogor bisa menjadi contoh dalam pengembangan wisata daerah. Ridwan Kamil sukses memoles Kota Bandung dengan sajian destinasi baru seperti pembuatan taman-taman (Taman Jomblo, Taman Musik, Taman Lansia, Taman Vanda, Petpark, Taman Alun-Alun, dll.) hingga aneka sarana ruang publik yang mampu menyedot pengunjung dari luar kota, seperti Teras Cikapundung, Cikapundung Riverspot, Taman Balai Kota, Tepian Anak Sungai Cikapayang, dll.)
Begitu pula Bupati Dedi Mulyadi yang mampu menyulap Kab. Purwakarta menjadi "saingan" baru Bandung dalam urusan wisata. Beberapa taman dibangun dan dipercantik dengan mengusung konsep kesundaan. Tak kalah pentingnya adalah ragam event rutin yang digelar di Purwakarta mampu menjadikan kota tetangga Bandung tersebut sebagai tujuan baru wisatawan.
Upaya Kang Dedi dalam mengenalkan potensi wisata kuliner pun patut diacungi jempol, salah satunya dengan membuat sentra Kampung (Sate) Maranggi. Sementara di Bogor, Wali Kota Arya Bima melakukan penataan taman-taman di Bogor, menggelar event kuliner, hingga penataan transportasi.
Adapun untuk pihak Pemerintah Provinsi Jabar rasanya harus lebih ekstra keras lagi dalam "menjual" tempat wisata yang dikelola oleh pihak Pemprov. Pada 2016, promosi Geopark Ciletuh sempat menggaung. Namun akhirnya, kembali meredup karena berbagai keterbatasan, salah satunya urusan akses yang termasuk sulit dan jauh. Begitu pula seperti Taman Hutan Raya Ir. H. Juanda yang masih "begitu-begitu saja" alias digarap maksimal, utamanya menyangkut urusan fasilitas, event rutin, dan media promosi yang kebanyakan masih konvensional.
Namun apa yang kami sajikan hanya sebagian pandangan kami terhadap tempat-tempat wisata. Hal ini dikarenakan masih banyak tempat-tempat wisata yang belum kami ulas, karena keterbatasan akses, informasi, dan hal lainnya. Akan tetapi setidaknya catatan ini bisa menjadi gambaran akan kondisi dan situasi perkembangan wisata di Jawa Barat.
Berikut ini beberapa catatan seputar perkembangan wisata di Jawa Barat.
Tren media sosial
Tak dapat dipungkiri, kehadiran media sosial seperti instagram, twitter, ataupun facebook turut menjadi penyumbang terbesar dalam promosi tempat-tempat wisata, terutama objek wisata baru. Tren swafoto (selfie) di objek wisata dan mengunggahnya ke media sosial yang kebanyakan dilakukan kaum muda, memberi andil dalam promosi tempat wisata.
Saat suatu tempat wisata terangkat di media sosial, tak jarang memancing pengguna media sosial lain penasaran untuk menyambangi tempat tersebut. Ini bisa terlihat pada tempat-tempat wisata yang ngetren di Bandung, misalnya Rumah Hobbit Farmhouse di Lembang, Glamping Lakeside Situ Patenggang, atau The Lodge Maribaya. Bukan hanya di Bandung, tren ini pun terjadi di daerah lain, seperti bukit Argapura (terasering Panyaweuyan) di Majalengka, Curug Dengdeng di Cikatomas Tasikmalaya, air mancur Purwakarta, atau wisata Situ Biru Hariang Cilembang Sumedang, dan lainnya.
Peran pemerintah daerah dalam memoles potensi wisata daerah
Nama Wali Kota Bandung Ridwan Kamil, Bupati Karawang Dedi Mulyadi, dan Wali Kota Bogor bisa menjadi contoh dalam pengembangan wisata daerah. Ridwan Kamil sukses memoles Kota Bandung dengan sajian destinasi baru seperti pembuatan taman-taman (Taman Jomblo, Taman Musik, Taman Lansia, Taman Vanda, Petpark, Taman Alun-Alun, dll.) hingga aneka sarana ruang publik yang mampu menyedot pengunjung dari luar kota, seperti Teras Cikapundung, Cikapundung Riverspot, Taman Balai Kota, Tepian Anak Sungai Cikapayang, dll.)
Begitu pula Bupati Dedi Mulyadi yang mampu menyulap Kab. Purwakarta menjadi "saingan" baru Bandung dalam urusan wisata. Beberapa taman dibangun dan dipercantik dengan mengusung konsep kesundaan. Tak kalah pentingnya adalah ragam event rutin yang digelar di Purwakarta mampu menjadikan kota tetangga Bandung tersebut sebagai tujuan baru wisatawan.
Upaya Kang Dedi dalam mengenalkan potensi wisata kuliner pun patut diacungi jempol, salah satunya dengan membuat sentra Kampung (Sate) Maranggi. Sementara di Bogor, Wali Kota Arya Bima melakukan penataan taman-taman di Bogor, menggelar event kuliner, hingga penataan transportasi.
Adapun untuk pihak Pemerintah Provinsi Jabar rasanya harus lebih ekstra keras lagi dalam "menjual" tempat wisata yang dikelola oleh pihak Pemprov. Pada 2016, promosi Geopark Ciletuh sempat menggaung. Namun akhirnya, kembali meredup karena berbagai keterbatasan, salah satunya urusan akses yang termasuk sulit dan jauh. Begitu pula seperti Taman Hutan Raya Ir. H. Juanda yang masih "begitu-begitu saja" alias digarap maksimal, utamanya menyangkut urusan fasilitas, event rutin, dan media promosi yang kebanyakan masih konvensional.
----------
Baca info wisatajabar.com lainnya di GOOGLE NEWS